Jama'ah saat mendengarkan ceramah singkat sebelum sholat tarawih di salah satu Masjid dalam Kota Sabang
SETIAP kali bulan suci Ramadan datang, umat Islam di seluruh dunia menyambutnya dengan suka cita. Bulan yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan ini menjadi kesempatan emas untuk memperbaiki diri, memperbanyak amal, dan mempererat hubungan spiritual dengan Sang Pencipta.
Di Kota Sabang, semangat menyambut Ramadan tidak hanya digaungkan di masjid-masjid dan lingkungan masyarakat, tetapi juga menjadi perhatian serius dari para pemimpin daerah.
Ketua DPRK Sabang, Magdalaina, mengajak masyarakat menjadikan Ramadan sebagai momentum perubahan menuju ketakwaan yang lebih tinggi.
Puasa bukan hanya soal menahan lapar dan haus. Di balik ibadah yang tampak sederhana ini, tersimpan makna spiritual yang sangat dalam. Magdalaina menekankan bahwa Ramadan harus menjadi waktu kontemplasi, refleksi diri, dan transformasi pribadi.
“Ramadan bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum. Ini adalah latihan spiritual yang seharusnya melahirkan ketakwaan kepada Allah SWT,” ujarnya.
Tradisi membaca Al'quran saat bulan puasa
Ia mengutip hadist Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan bahwa banyak orang berpuasa, tapi tidak mendapatkan apa pun kecuali rasa lapar dan haus. Artinya, puasa harus dilandasi kesadaran spiritual, bukan sekadar ritual formal.
Dalam kehidupan modern yang penuh distraksi, manusia sering kali kehilangan jati dirinya. Ramadan, menurutnya, bisa menjadi sarana untuk kembali menemukan siapa kita sebenarnya.
“Banyak orang bingung bagaimana menjadi diri sendiri saat hidup dipenuhi kecemasan. Ramadan adalah momen kita belajar mengendalikan hawa nafsu, emosi, dan menemukan kembali nilai-nilai diri,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya kesabaran, terutama ketika menghadapi orang lain yang berbuat salah kepada kita.
“Kalau bisa memaafkan, maka kita naik tingkat secara spiritual. Islam tidak mengajarkan dendam, tapi pemaafan,” sambungnya.
Magdalaina menggambarkan hidup yang dipenuhi dendam dan amarah sebagai sepeda yang dikayuh sambil menarik rem. Bergerak, tapi terseok-seok. Ramadan adalah waktu untuk melepaskan rem itu dan melaju menuju kehidupan yang lebih damai.
“Kalau kita tidak membuka pintu maaf, sebagian energi hidup akan terjebak dalam kebencian dan penderitaan. Ini yang membuat perubahan menjadi sulit,” jelasnya.
Karena itu, ia mengajak masyarakat Sabang untuk membuka diri terhadap perubahan, memaafkan diri sendiri, dan memperbaiki hubungan dengan sesama.
Ketua DPRK Sabang, Magdalaina, menyoroti keistimewaan Ramadan sebagai bulan dengan ganjaran pahala yang luar biasa. Amal ibadah yang dilakukan di bulan ini dilipatgandakan pahalanya, bahkan bisa mencapai angka yang tak terhingga.
“Dalam hadist disebutkan, setiap amal kebaikan dilipatgandakan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat. Tapi puasa, itu untuk Allah. Dan hanya Allah yang tahu seberapa besar pahalanya,” terang Magdalaina.
Ia mengutip hadist yang menyebutkan bahwa orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan: saat berbuka dan saat bertemu dengan Allah di akhirat. Bahkan, bau mulut orang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada minyak kasturi.
Ramadan bukan hanya bulan mulia, tetapi juga bulan di mana rukun Islam ditegakkan. Puasa di bulan Ramadan adalah kewajiban dan menjadi pondasi keimanan setiap Muslim.
“Allah menjadikan puasa Ramadan sebagai bagian dari rukun Islam. Barang siapa yang melaksanakannya dengan ikhlas, maka akan mendapatkan pahala besar,” ucap Magdalaina.
Ia juga mengingatkan bahwa meninggalkan puasa tanpa alasan yang dibenarkan adalah dosa besar. Sebaliknya, melaksanakannya dengan sungguh-sungguh adalah bentuk ketaatan dan komitmen kepada Allah SWT.
Jama'ah perempuan saat mendengarkan ceramah di Masjid Balohan Sabang
Selain puasa, sedekah juga menjadi amalan utama yang sangat dianjurkan selama Ramadan. Rasulullah SAW dikenal sebagai pribadi yang sangat dermawan, dan kedermawanannya meningkat drastis di bulan Ramadan.
“Sedekah bukan hanya membantu orang lain, tapi juga menumbuhkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah,” kata Magdalaina.
Ia menambahkan bahwa sedekah tidak harus dalam bentuk uang. Memberikan makanan untuk berbuka, membagikan air mineral, atau menyumbangkan tenaga di masjid juga termasuk dalam sedekah yang pahalanya berlipat.
Ramadan juga dikenal sebagai bulan diturunkannya Al-Qur'an. Oleh karena itu, membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur'an menjadi amalan utama yang sangat dianjurkan.
“Membaca Al-Qur'an selama Ramadan akan melipatgandakan pahala dan memperkuat hubungan spiritual dengan Allah. Ini juga sunnah Rasulullah SAW,” papar Magdalaina.
Tak hanya itu, ia juga menyinggung pentingnya i’tikaf, terutama di sepuluh malam terakhir Ramadan. I’tikaf adalah bentuk ibadah dengan menyendiri di masjid untuk fokus beribadah dan bermuhasabah.
“I’tikaf bisa sunnah atau wajib. Yang sunnah biasanya dilakukan di sepuluh malam terakhir Ramadan, sebagai bentuk pengharapan mendapatkan malam Lailatul Qadar,” tambahnya.
Salah satu keutamaan terbesar dalam Ramadan adalah Lailatul Qadar—malam kemuliaan yang lebih baik daripada seribu bulan. Dalam malam itu, setiap amalan dibalas pahala luar biasa dan doa-doa dikabulkan.
Magdalaina menekankan pentingnya memperbanyak ibadah di sepuluh malam terakhir Ramadan, karena di salah satu malam itulah Lailatul Qadar turun.
“Jangan sia-siakan malam-malam terakhir. Bisa jadi satu malam itu akan mengubah seluruh hidup kita,” ujarnya.
Penjual Takjil diserbu masyarakat yang menyiapkan makanan untuk berbuka puasa
Menutup pesan Ramadan Ketua DPRK Sabang itu mengajak masyarakat untuk memperbanyak ibadah dan amal kebaikan.
Mereka mengingatkan bahwa Ramadan adalah waktu yang sangat berharga, dan tidak semua orang mendapat kesempatan mengalaminya setiap tahun.
“Sekali lagi, saya mengajak masyarakat Sabang, mari kita tingkatkan dan perbanyak ibadah di bulan Ramadan ini. Mudah-mudahan Allah SWT membuka pintu rahmat dan ampunan untuk kita semua,”.
“Inilah saat terbaik untuk memperbaiki diri, memperkuat iman, dan mempererat silaturahmi. Semoga kita menjadi pribadi yang lebih bertakwa setelah Ramadan,” kata Magdalaina.
Ramadan adalah ladang pahala, ruang pembelajaran spiritual, dan panggung pengendalian diri. Setiap amal kecil akan diganjar besar. Setiap niat baik akan dibalas kebaikan yang jauh lebih besar. Ramadan adalah tentang bagaimana manusia bisa kembali ke fitrah, dengan hati yang lebih bersih dan jiwa yang lebih damai.
Di tengah rutinitas dan hiruk pikuk
kehidupan, Ramadan hadir membawa ketenangan dan harapan. Ramadan bukan sekadar
momen tahunan, tapi sebuah panggilan untuk menjadi lebih baik. Baik dalam niat,
baik dalam ucapan, dan baik dalam tindakan.[ADV]
Komentar0