
Kungker Gubernur Aceh Muzakir Manaf dan rombongan didampingi Wakil Wali Kota Sabang untuk melihat potensi bisnis sektor maritim di Dermaga Terminal 3 BPKS
DALAM beberapa tahun terakhir, wajah pembangunan Aceh
menunjukkan pergeseran arah yang signifikan. Tidak lagi hanya mengandalkan
sektor tradisional, Pemerintah Aceh bergerak membuka ruang diplomasi ekonomi ke
tingkat regional.
Sabang menjadi panggung utama perubahan tersebut. Di ujung barat Indonesia, pusat pelayaran internasional itu kini menjadi medium bagi Gubernur Aceh Muzakir Manaf yang akrap disapa Mualem untuk menjalankan strategi ekonomi luar negeri Aceh dalam skala yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Strategi ini tampak nyata sepanjang tahun 2025, ketika Sabang menerima kunjungan-kunjungan berprofil tinggi yang tidak sekadar bersifat seremonial, tetapi diarahkan pada pembentukan jaringan ekonomi lintas negara.
Kehadiran Mualem dalam berbagai agenda investasi, khususnya di sektor maritim dan energi, memperlihatkan bahwa Pemerintah Aceh tengah aktif membangun relasi strategis untuk mengangkat Sabang ke level kerja sama internasional.
Salah satu babak penting diplomasi ekonomi tersebut terjadi pada Rabu, 5 November 2025. Hari itu, Pelabuhan Balohan menjadi titik temu antara Pemerintah Aceh dan investor dari Malaysia.
Mualem datang langsung bersama Chief Executive Officer (CEO) Blackstone Malaysia, Datin Seri Vie Shantie Khan, untuk melihat peluang pengembangan Hub Bunkering Internasional di Sabang.
Kunjungan ini bukan hanya inspeksi lapangan, melainkan bentuk Economic Engagement yang menempatkan Sabang sebagai aset strategis Aceh di mata Investor Regional. Dengan membawa langsung calon investor dari luar negeri, Mualem menunjukkan pendekatan diplomasi ekonomi berbasis kemitraan, bukan sekadar mempromosikan potensi melalui dokumen dan presentasi.
![]() |
| Pemaparan kesiapan kelengkapan sarana prasarana dermaga di Sabang dan potensi Bunkering oleh Gubernur Aceh Muzakir Manaf didampingi Wakil Wali Kota Sabang dan Kepala BPKS di ruang rapat BPKS |
Kehadiran Anggota Komisi III DPRA Hj. Salmawati dan Ketua
Komisi D DPRA Nazaruddin, S.I.Kom., memperkuat kredibilitas kunjungan tersebut.
Diplomasi ekonomi membutuhkan legitimasi politik, dan simbol kehadiran
legislatif memberi sinyal keseriusan Aceh.
Pemerintah Kota Sabang dan Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) yang menyambut langsung, menjadi bagian dari orkestrasi yang disusun untuk memperlihatkan kesiapan Aceh kepada pihak luar.
Bagi investor Malaysia, Sabang bukan sekadar destinasi. Ia adalah pintu masuk menuju jalur pelayaran internasional yang menghubungkan Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Timur Tengah. Inilah titik yang ingin dimanfaatkan Mualem: menjadikan Sabang pusat layanan pengisian bahan bakar kapal berkelas global.
Mualem menegaskan gagasan tersebut secara terbuka. Sabang, menurutnya, memiliki keunggulan yang tidak dimiliki banyak daerah lain di Indonesia pelabuhan dengan kedalaman memadai untuk kapal besar, posisi geografis di jalur pelayaran internasional, serta status sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas. Pernyataannya bukan sekadar klaim, tetapi undangan diplomatik kepada para pelaku industri maritim untuk memasuki ekosistem ekonomi Aceh.
Pertemuan dengan investor Malaysia hanyalah satu bagian dari rangkaian langkah diplomasi ekonomi tersebut. Dalam perdagangan dan industri maritim global, kehadiran negara, korporasi, dan lembaga strategis nasional harus saling terhubung. Pola ini terlihat jelas ketika Sabang kembali menjadi tuan rumah kunjungan penting delapan hari setelah kedatangan rombongan Malaysia.
Pada Senin, 17 November 2025, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama Mubadala Energy melakukan peninjauan langsung ke fasilitas BPKS. Agenda ini berkaitan dengan rencana pembangunan shorebase untuk mendukung pengeboran migas di wilayah Andaman.
![]() |
| Wali Kota Sabang Zulkifli H Adam menyambut kedatangan Gubernur Aceh Muzakir Manaf untuk melakukan explore potensi Kota Sabang |
Jika kunjungan investor Malaysia adalah diplomasi regional berbasis peluang, maka kunjungan SKK Migas dan Mubadala adalah diplomasi energi berbasis kebutuhan nasional. Dua agenda ini berada dalam kerangka yang sama memperkuat peran Sabang sebagai simpul ekonomi strategis yang relevan bukan hanya bagi Aceh, tetapi juga Indonesia.
Bagi Sabang, rencana pembangunan shorebase merupakan peluang besar. Kehadiran aktor besar sektor migas menunjukkan bahwa Sabang dilihat sebagai bagian dari rantai pasokan energi internasional. Jika terealisasi, dampaknya tidak hanya pada aktivitas pelabuhan dan penyerapan tenaga kerja, tetapi juga pada transformasi struktur ekonomi setempat yang selama ini bergantung pada pariwisata.
Wakil Wali Kota Sabang, Suradji Yunus, menyampaikan dukungan penuh terhadap agenda-agenda ini. Menurutnya, segala penjajakan investasi yang menguntungkan masyarakat perlu didorong selama tetap sejalan dengan regulasi. Sikap Pemerintah Kota Sabang menggambarkan bahwa diplomasi ekonomi Aceh di Sabang mendapat dukungan dari pemerintahan lokal elemen penting agar investasi dapat berjalan mulus.
Dalam kacamata diplomasi ekonomi, langkah yang diambil Mualem dan Pemerintah Aceh memiliki bobot strategis. Aceh sedang membangun lintasan baru yang menghubungkan aktor regional (Malaysia) dengan aktor nasional (SKK Migas, Mubadala) melalui sebuah titik yang sama Sabang.
![]() |
| Rencana lokasi pembangunan hub bunkering internasional. Dan mengamati secara langsung mulai dari Kawasan Industri Balohan, dermaga BPKS, hingga sumber mata air di Aneuk Laot. |
Perubahan posisi Sabang dari kota wisata menjadi kawasan energi maritim, sehingga mendapat perhatian dari pelaku industri besar. Peningkatan daya tawar Aceh di tingkat nasional, karena Sabang menjadi elemen penting proyek migas strategis. Hingga Terbukanya ruang diplomasi Aceh di tingkat internasional, karena kunjungan investor luar negeri mulai dilakukan secara langsung ke lapangan.
Namun diplomasi ekonomi tidak bisa berdiri sendiri. Ia memerlukan sinergi pemerintah pusat, provinsi, dan Pemerintah Kota Sabang agar investasi dapat berjalan terintegrasi. Untuk itu, rangkaian kunjungan sepanjang November 2025 menjadi sinyal kepada pemerintah pusat bahwa Sabang siap, dan Aceh membutuhkan dukungan politik serta regulasi untuk mewujudkan poros maritim yang selama ini hanya menjadi visi.
Rangkaian kunjungan ini menunjukkan bahwa perhatian Mualem terhadap Sabang bukan sekadar retorika politik. Ia melakukan fungsi yang dalam konteks Aceh jarang dilakukan: menghubungkan daerah dengan aktor ekonomi regional dan global melalui diplomasi langsung di lapangan.
Dengan strategi seperti ini, Sabang tidak hanya dikenalkan sebagai destinasi wisata atau pelabuhan perbatasan. Ia diposisikan sebagai aset strategis Aceh untuk memasuki jaringan perdagangan dan energi internasional.
Jika rencana bunkering, pengembangan shorebase, dan kerja
sama energi ini bergerak ke fase implementasi, Sabang akan berubah dari simpul
geografis menjadi simpul ekonomi. Kota kecil di ujung barat Indonesia itu bisa
menjadi wajah baru diplomasi ekonomi Aceh poros yang menghubungkan kepentingan
lokal, nasional, dan internasional melalui satu kata kunci yaitu Sabang.
[ADVERTORIAL]



Komentar0