 |
| Evakuasi kebakaran Hutan Lindung di Gampong Kuta Timu Sabang |
Dengan peralatan yang serba terbatas, para petugas tetap mengutamakan pengabdian dan kemanusiaan dalam menjalankan tugas.
Komandan Regu 2 Damkar Kota Sabang, Edi Albizia, menuturkan bahwa setiap panggilan darurat selalu disambut dengan niat ikhlas dan kesiapan mental. Menurutnya, kesiapan mental adalah kunci utama yang wajib dimiliki setiap petugas saat menghadapi risiko di lapangan.
“Setiap telepon berdering, kami ucapkan bismillah. Saat itu kami serahkan diri kepada Allah, niatkan hati ini untuk mengabdi. Apabila ada anggota yang merasa ragu, lebih baik tinggal di pos. Kalau tidak yakin, nanti bisa jadi masalah di lapangan,” ujar Edi saat ditemui di Sabang, Rabu (20/8/2025).
Selain mengandalkan kekuatan mental, Edi menekankan pentingnya kemauan belajar mandiri. Saat ini, materi mengenai penanganan kebakaran maupun keadaan darurat sangat mudah diakses, termasuk melalui platform digital. Namun, ia menilai, ada perbedaan mendasar antara belajar dan berlatih.
“Banyak link di YouTube yang bisa kita unduh dan pelajari. Kemauan untuk belajar itu penting, bukan hanya menyelamatkan diri sendiri, tapi juga orang lain. Kalau belajar itu memahami, sedangkan berlatih adalah mengulang,” jelasnya.
Edi menyebut, kemampuan tersebut perlu terus diasah, karena setiap situasi di lapangan menuntut kecepatan berpikir dan ketepatan tindakan.
Lebih jauh, Edi menegaskan bahwa semangat sosial adalah kekuatan yang seharusnya dimiliki setiap personel Damkar. Dorongan untuk menolong orang lain, menurutnya, tidak bisa dipaksakan, melainkan lahir dari hati masing-masing individu.
“Semangat untuk melayani harus lahir dari diri sendiri. Semua orang punya jiwa untuk membantu, meski kadarnya berbeda,” kata Edi.
Meski fasilitas Damkar Sabang masih terbatas, Edi optimistis dedikasi personelnya mampu menjadi penopang utama dalam menjaga keselamatan masyarakat.(Ardha)
Komentar0