 |
| Ketua DPRK Sabang Magdalaina saat membacakan teks Proklamasi pada Upacara Peringatan HUT RI ke-80 di Kota Sabang |
KABARHI.ID | Sabang – Suasana Lapangan Yos Sudarso, Minggu (17/8/2025), mendadak hening ketika Ketua DPRK Sabang, Magdalaina, melangkah ke podium untuk membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Ribuan pasang mata tertuju kepadanya, menyimak dengan khidmat lantunan kata-kata yang pertama kali dikumandangkan Bung Karno dan Bung Hatta 80 tahun silam.
Dengan suara lantang dan penuh penekanan, Magdalaina membacakan teks bersejarah itu. Momen sakral tersebut seolah membawa para peserta upacara kembali ke hari bersejarah 17 Agustus 1945, mengingatkan bahwa kemerdekaan yang kini dinikmati lahir dari perjuangan dan pengorbanan panjang.
“Ini sebuah kehormatan besar dalam hidup saya. Saya berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan. Proklamasi bukan sekadar kutipan sejarah, melainkan pijakan moral bahwa kemerdekaan diraih dengan pengorbanan dan harus dijaga bersama,” ujar Magdalaina usai upacara.
Sebagai politisi Partai Aceh yang kini menjabat Ketua DPRK periode 2024–2029, Magdalaina menekankan pentingnya menjadikan momentum HUT ke-80 RI sebagai ruang refleksi, khususnya bagi generasi muda. Menurutnya, peringatan kemerdekaan tidak boleh berhenti pada seremoni tahunan semata, melainkan diwujudkan dalam karya nyata bagi bangsa dan daerah.
“Semangat proklamasi itu sederhana. Ia ada di hati setiap orang yang mau berbuat untuk orang lain, untuk kota ini, untuk bangsa. Itu yang harus kita jaga,” ucapnya.
Magdalaina juga mengingatkan posisi strategis Sabang sebagai pintu gerbang sekaligus ujung barat Indonesia. Ia berharap masyarakat terus memberi kontribusi nyata dalam menjaga kedaulatan dan persatuan nasional.
“Sabang sebagai ujung barat Indonesia harus terus memberi kontribusi dalam menjaga kedaulatan dan persatuan nasional,” tegasnya.
Momen pembacaan teks Proklamasi oleh Ketua DPRK Sabang ini menjadi salah satu rangkaian inti upacara peringatan HUT ke-80 RI di Kota Sabang. Dengan penuh khidmat, masyarakat menyimak, lalu bersama-sama menundukkan kepala menghayati makna kemerdekaan yang diwariskan para pendiri bangsa.[]
Komentar0