Pidato perdana usai pelantikan Wali Kota Sabang Zulkifli H. Adam dan Wakil Wali Kota Suradji Junus
SABANG tengah menyongsong era baru. Kota di ujung barat Indonesia yang dikenal dengan keindahan bahari dan keramahtamahan warganya kini kembali menjadi sorotan.
Pasalnya, pasangan Wali Kota Zulkifli H. Adam dan Wakil Wali Kota Suradji Junus langsung tancap gas setelah resmi dilantik.
Dengan membawa 20 program prioritas dalam 100 hari kerja pertama, duet kepemimpinan ini berusaha menghadirkan langkah nyata, bukan sekadar janji. Semangat ini tidak hanya menyasar pembangunan fisik, tetapi juga pelayanan publik, peningkatan ekonomi lokal, hingga penataan wajah kota.
“Sabang harus bersih, nyaman, dan siap menyambut wisatawan. Itu titik awal yang kami bangun dalam 100 hari pertama ini,” ujar Wali Kota Zulkifli H. Adam.
Tidak butuh waktu lama bagi Zulkifli–Suradji untuk merumuskan arah pembangunan. Hanya beberapa pekan setelah pelantikan, keduanya bersama jajaran Pemerintah Kota Sabang menggelar retreat kepemimpinan di Jatinangor, Jawa Barat.
Di forum inilah disusun kerangka 20 program prioritas. Retreat tersebut menjadi ruang kontemplasi dan konsolidasi, sekaligus ajang penyatuan visi. Pesan yang dibawa jelas: Sabang harus bergerak cepat, menyongsong perubahan dengan langkah konkret.
Rapat penyerahan LPJ 2024 di ruang sidang utama gedung Sekretariat DPRK Sabang dalam rangka percepat pembangunan
Wakil Wali Kota Suradji Junus menambahkan, “Kami tidak ingin menunda. Rakyat menunggu hasil, maka kita harus bekerja dengan ritme yang cepat dan tepat.”
Baik Zulkifli maupun Suradji bukanlah orang baru dalam pemerintahan. Zulkifli memiliki rekam jejak panjang di birokrasi dan kepemimpinan, sementara Suradji sempat rehat dua tahun dari politik sebelum kembali dipercaya rakyat. Kombinasi keduanya menjadi modal penting untuk menakhodai Sabang.
Mereka menyadari, Sabang punya potensi besar sebagai destinasi wisata kelas dunia. Namun potensi itu tidak akan bermakna tanpa dukungan infrastruktur yang memadai, pelayanan publik yang ramah, serta tata kota yang bersih. Karena itu, 100 hari pertama ini diarahkan pada langkah-langkah mendasar yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat.
Dari surat ke Gubernur Aceh soal Sabang Fair 2026, hingga pengembangan ekonomi lokal lewat pelatihan dan akses modal, seluruh program dirancang berlapis: ada yang bersifat jangka pendek, ada pula yang menjadi fondasi jangka panjang.
Misalnya, pemasangan lampu selang di Jalan Diponegoro dan Masjid Agung bukan sekadar mempercantik kota. Cahaya yang megah di malam hari akan memberikan kesan positif bagi wisatawan sekaligus meningkatkan rasa aman warga.
Program penanganan kebersihan dan persampahan juga menempati prioritas utama. Bagi sebuah kota wisata, wajah kota yang bersih adalah etalase. Tidak ada wisatawan yang betah jika kota tampak kumuh.
Di sisi lain, program-program penataan aset daerah seperti Hotel Sabang, Hotel Sabang Hill, dan Cottage Gapang, menjadi langkah strategis membuka ruang investasi baru. Aset mangkrak yang selama ini terbengkalai akan dikelola dengan sistem kerja sama pemanfaatan, sehingga bisa kembali memberi kontribusi ekonomi.
Pemerintah Kota Sabang mencanangkan program bersih-bersih aset milik Pemerintah Kota
Menariknya, pasangan Zulkifli–Suradji tidak menunggu lama untuk merealisasikan janji politik mereka. Mulai dari subsidi air bersih, listrik, gas, bantuan kematian, biaya pendidikan, bantuan lansia, hingga biaya rujukan pasien, semuanya masuk dalam daftar prioritas 100 hari.
Langkah ini dinilai sebagai bentuk komitmen moral kepada masyarakat. Politik bukan lagi sekadar janji saat kampanye, melainkan kewajiban yang harus dipenuhi ketika rakyat sudah memberi mandat.
Pembangunan tidak bisa berjalan tanpa dukungan anggaran. Karena itu, beberapa program diarahkan untuk mempercepat pembahasan KUA–PPAS, perubahan anggaran, hingga penyusunan RPJMD.
Optimalisasi pajak dan retribusi daerah juga menjadi target. Dengan basis fiskal yang kuat, Pemko Sabang bisa lebih leluasa menggerakkan pembangunan tanpa bergantung penuh pada transfer pusat.
Kepemimpinan Zulkifli–Suradji juga menunjukkan kecermatan politik. Program nomor 18 secara khusus menekankan pentingnya hubungan persuasif dengan kementerian dan SKPD Provinsi. Langkah ini untuk memastikan Sabang mendapatkan dukungan dana dan event strategis.
Salah satunya adalah komitmen menghadirkan event pariwisata berskala nasional dan internasional. Bagi Sabang, promosi wisata bukan hanya soal baliho atau media sosial, melainkan melalui momentum yang mampu mendatangkan arus wisatawan.
Tidak bisa dipungkiri, wajah kota adalah hal pertama yang dilihat wisatawan. Karena itu, perbaikan lampu jalan, penataan Tangga Tujuh, dan gerakan kebersihan kota menjadi program yang langsung terasa manfaatnya.
Tangga Tujuh, misalnya, diharapkan bukan
sekadar infrastruktur, melainkan ikon wisata baru. Pengecatan dan pembersihan
dilakukan dengan gotong royong, melibatkan masyarakat. Cara ini tidak hanya
memperindah kota, tetapi juga membangkitkan rasa memiliki.Zulkifli–Suradji melakukan pengecekan langsung ke RSUD Kota Sabang terkait pelayanan di Rumah Sakit tersebut
Program nomor 19 menjadi perhatian khusus: promosi wisata berkelanjutan melalui media massa. Dalam era digital, citra sebuah kota sangat ditentukan oleh pemberitaan. Sabang akan terus hadir di media online, cetak, hingga televisi nasional sebagai destinasi unggulan.
Strategi ini bukan sekadar promosi, tetapi investasi jangka panjang dalam membangun brand “Sabang sebagai kota wisata dunia”.
Tidak kalah penting, program nomor 20 fokus pada pengembangan ekonomi lokal. Caranya melalui pelatihan keterampilan, akses modal, hingga penciptaan ruang usaha baru. Dengan demikian, pembangunan pariwisata tidak hanya dinikmati investor besar, tetapi juga masyarakat lokal.
UMKM, kelompok nelayan, hingga pedagang kecil akan merasakan manfaat. Pembangunan berbasis rakyat inilah yang diharapkan menjadi ciri khas Sabang di era baru.
Tentu, 20 program prioritas ini tidak bisa berjalan tanpa dukungan. Pemerintah Kota Sabang menggandeng Forkopimda, ulama, akademisi, komunitas masyarakat, dan media untuk bergerak bersama.
“Pemerintah hanya motor penggerak. Namun energi terbesar datang dari masyarakat Sabang sendiri. Bersama-sama, kita bisa menjadikan Sabang lebih maju,” ujar Suradji.
Meski disebut sebagai program 100 hari kerja, sesungguhnya langkah-langkah ini adalah fondasi untuk lima tahun pemerintahan. Dari penataan kota, penguatan fiskal, promosi wisata, hingga pemberdayaan ekonomi lokal, semua diarahkan pada satu tujuan: Sabang menjadi kota wisata kelas dunia yang bersih, nyaman, maju, dan membanggakan.
Sabang kini melangkah dengan semangat baru. Tidak lagi hanya mengandalkan keindahan alam, tetapi juga menghadirkan tata kota yang tertata, pelayanan publik yang berkualitas, dan masyarakat yang berdaya.
“100 hari hanyalah awal. Perjalanan masih
panjang. Namun fondasi sudah kita letakkan, dan langkah sudah kita mulai,”
tegas Wali Kota Zulkifli.
(Advertorial)
Komentar0