Teluk Sabang dari Tugu Sabang Merauke
ENAM dekade perjalanan bukanlah waktu yang singkat bagi sebuah daerah untuk menorehkan sejarah. Kota Sabang, yang terletak di ujung barat Indonesia, telah melalui rentang panjang penuh dinamika dari sebuah kota kecil dengan peran strategis di masa lalu, hingga kini menjelma sebagai destinasi wisata bahari kelas dunia yang menjadi kebanggaan Nusantara.
Momentum Hari Ulang Tahun (HUT) ke-60 Kota Sabang tahun ini bukan hanya seremoni tahunan. Lebih dari itu, ini adalah waktu untuk mengenang jasa para pendahulu, meneguhkan nilai-nilai yang diwariskan, sekaligus menatap masa depan dengan semangat baru.
Dengan tema “Harmoni dalam Keberagaman”, Sabang menegaskan kembali jati dirinya sebagai kota yang damai, toleran, dan penuh persaudaraan.
Perjalanan Sabang sebagai kota otonom resmi dimulai dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1965. Namun, jauh sebelum itu, Sabang telah memainkan peran penting dalam sejarah Indonesia.
Tahun 1951, Sabang menjadi pusat pertahanan Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat (RIS). Lima tahun kemudian, statusnya berubah menjadi kewedanaan Aceh Besar. Baru pada 1965, Sabang diakui sebagai daerah otonom dengan pemerintahan sendiri.
Sejak saat itu, Sabang menapaki jalan panjang pembangunan. Dari kota kecil dengan infrastruktur terbatas, kini Sabang dikenal luas sebagai ikon pariwisata bahari Indonesia dengan keelokan lautnya, kekayaan budaya, dan kehangatan masyarakatnya.
Ketua DPRK Sabang, Magdalaina, menyebut enam dekade perjalanan Sabang sebagai rangkaian penuh romantika. “Rentang panjang ini adalah hasil kerja lintas generasi. Kepada para pendahulu, kita menyampaikan hormat dan terima kasih atas jasa terbaiknya,” ujarnya dalam sidang paripurna istimewa memperingati HUT Kota Sabang.
Peringatan HUT ke-60
juga menjadi momentum untuk menyatukan langkah. Dalam Sidang Paripurna Istimewa
DPRK Sabang, Sekretaris Daerah Kota Sabang Andri Nourman, yang hadir mewakili
Wali Kota Zulkifli H. Adam dan Wakil Wali Kota Suradji Junus, menyampaikan
pesan penuh semangat kebersamaan.
Sekda Kota Sabang Andri Nourman, saat memberikan sambutan di sidang paripurna istimewa memperingati HUT Kota Sabang ke 60
“Sudah saatnya kita
semua lebih meningkatkan akselerasi untuk memajukan Kota Sabang. Dengan semangat
gotong royong dan kerja sama solid seluruh elemen masyarakat, saya yakin kita
tidak hanya bisa mengatasi tantangan ini, tetapi juga menjadi contoh bagi
kota-kota lain di Indonesia,” tegasnya.
Ia menekankan
pentingnya menjaga nilai-nilai toleransi dan keberagaman yang sudah lama
menjadi ciri khas Sabang. “Perbedaan suku, agama, dan budaya bukan untuk
memecah belah, tetapi untuk saling melengkapi dan memperkaya,” tambahnya.
Lebih jauh, Andri Nourman menegaskan visi jangka panjang pemerintah daerah melalui gagasan “Potensi Sabang Emas dalam Bingkai Free Trade Zone”. Visi ini berorientasi pada pembangunan berkelanjutan yang berpihak pada rakyat, dengan pariwisata sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi.
Ketua DPRK Sabang,
Magdalaina, juga menegaskan bahwa momentum ini harus menjadi titik refleksi.
“Peringatan HUT bukan hanya sekadar perayaan, melainkan pengingat cita-cita
besar para pendiri yang ingin menjadikan Sabang mandiri dan sejahtera. Momentum
ini harus kita jadikan refleksi untuk memperkuat sinergi dan komitmen membangun
Sabang yang lebih maju dan membanggakan, bukan hanya untuk kita tapi juga untuk
generasi mendatang,” katanya.
Atas nama lembaga
legislatif, Magdalaina juga menyampaikan apresiasi kepada pemerintah,
Forkopimda, dan masyarakat Sabang atas kerja sama membangun kota dengan
semangat demokrasi dan akuntabilitas.
Festival Budaya:
Merawat Tradisi, Memperkuat Pariwisata
Peringatan HUT ke-60
Kota Sabang tidak hanya berlangsung di ruang sidang DPRK, tetapi juga menggema
di ruang publik. Warga tumpah ruah mengikuti berbagai festival dan lomba yang
digelar pemerintah daerah.
Beberapa kegiatan yang
mewarnai perayaan antara lain:
- Festival Kuah Beulangong, diikuti 18 gampong dengan 20 kuali
besar. Kuliner khas Aceh ini menjadi simbol kebersamaan, sekaligus daya
tarik wisata kuliner Sabang.
- Festival Geulayang Tunang, lomba layang-layang tradisional dengan
tema Harmoni dalam Keberagaman. Warna-warni layang-layang menghiasi
langit Sabang, membawa pesan damai dan persatuan.
- Lomba Asah Terampil Kelompok Informasi
Gampong (KIG), yang
memperkuat peran gampong sebagai ujung tombak penyebaran informasi
pembangunan.
- Sidang Paripurna DPRK, sebagai puncak acara resmi peringatan
hari jadi, meneguhkan komitmen seluruh elemen masyarakat untuk melangkah
bersama.
Festival budaya ini bukan sekadar hiburan, melainkan wujud nyata bagaimana Sabang menjaga tradisi, memperkuat identitas, sekaligus mempromosikan pariwisata berbasis kearifan lokal.
Selain budaya, Sabang
juga dikenal dengan alam baharinya yang eksotis. Pantai-pantai indah, spot
diving kelas dunia, hingga ekowisata alam menjadi magnet bagi wisatawan.
Namun, semua potensi
itu membutuhkan pengelolaan yang bijak. Pemerintah Kota Sabang bersama
masyarakat berkomitmen menjaga keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian.
“Sabang bukan hanya milik kita hari ini, tetapi juga warisan untuk generasi
yang akan datang,” kata Sekda Andri Nourman.
Foto Jajaran Pemerintah Kota Sabang bersama Forkopimda usai sidang Paripurna Istimewa
Kesadaran menjaga harmoni antara pembangunan ekonomi, keberagaman budaya, dan kelestarian lingkungan inilah yang menjadi kunci Sabang bisa melangkah lebih percaya diri ke masa depan.
HUT ke-60 bukan
sekadar perayaan, melainkan titik tolak menuju masa depan. Dengan gagasan Sabang
Emas 2030, pemerintah daerah menargetkan pembangunan yang inklusif dan
berkelanjutan.
Beberapa program
prioritas yang dicanangkan antara lain:
- Penguatan sektor pariwisata bahari berbasis kearifan lokal, dengan promosi
internasional yang lebih intensif.
- Peningkatan infrastruktur kota yang ramah lingkungan, mulai dari
transportasi, sanitasi, hingga energi bersih.
- Pemberdayaan ekonomi masyarakat, terutama melalui UMKM, koperasi, dan
sektor perikanan.
- Penguatan SDM lokal, dengan fokus pada pendidikan, pelatihan
keterampilan, dan literasi digital.
- Kolaborasi lintas sektor dalam kerangka Free Trade Zone,
menjadikan Sabang sebagai simpul perdagangan internasional sekaligus kota
wisata unggulan.
Semua langkah ini diarahkan agar Sabang bukan hanya menjadi tujuan wisata, tetapi juga kota modern yang mandiri, inklusif, dan berdaya saing tinggi.
Harmoni dalam Keberagaman: Modal Sosial yang Tak Ternilai
Jika ada satu kekuatan
yang membuat Sabang tetap kokoh hingga 60 tahun, maka jawabannya adalah keberagaman.
Dengan latar belakang suku, agama, dan budaya yang beragam, masyarakat Sabang
mampu membangun harmoni yang menjadi modal sosial tak ternilai.
“Keberagaman adalah
kekuatan kita. Inilah yang membuat Sabang berbeda sekaligus istimewa,” ujar Magdalaina.
Nilai-nilai kebersamaan, toleransi, dan gotong royong itulah yang akan terus menjadi energi bagi Sabang dalam menapaki masa depan.
Enam puluh tahun
perjalanan Sabang adalah catatan sejarah penuh dinamika. Dari basis pertahanan,
menjadi kota kecil, hingga kini tumbuh sebagai destinasi wisata bahari kelas
dunia.
Peringatan HUT ke-60
menjadi pengingat bahwa perjalanan masih panjang. Namun, dengan modal sejarah,
keberagaman, budaya, dan visi masa depan, Sabang siap melangkah lebih percaya
diri.
Karena Sabang bukan
hanya cerita masa lalu, melainkan juga harapan besar bagi generasi mendatang.
(Advertorial)
Komentar0