TpCoGpCiTfO9GpY6GpOpBSdlTA==

Wisata Trekking Menyusuri Sejarah dan Alam Sabang

Bendungan Paya Seunara Sabang, Bendungan ini membebani Sungai Paya Seunara dan memiliki kapasitas normal sebesar 10.000.000 m³.

MENYUSURI destinasi wisata alam Sabang lewat trekking atau berjalan kaki, kini mulai menjadi tren bagi para wisatawan.

Ini dilakukan bukan sekadar pilihan wisata alternatif, tetapi menjadi pintu masuk untuk memahami denyut nadi menyusuri kota tua dan jejak sejarah kolonial, hingga menikmati lebih dalam berbagai bentuk lanskap alam yang banyak tersebar di Kota Sabang.

Aktivitas berjalan kaki di kota wisata atau urban trekking ini menjadi cara baru menikmati Sabang. Ada kenikmatan tersendiri saat kaki melangkah perlahan menyusuri jalanan kota, gang-gang kecil yang sunyi, hingga tanjakan menuju hutan, gunung, atau situs sejarah. 

Yang didapati tak hanya kesegaran jasmani, tapi juga pengalaman menyelami nilai-nilai sejarah dan budaya yang lekat dengan lanskap alami.

Tugu Sabang Merauke di depan Kantor Wali Kota Sabang

Sabang, kota kepulauan di ujung barat Indonesia, punya semua modal itu. Dimulai dari kawasan kota tua Sabang yang penuh peninggalan kolonial, hingga kawasan alam seperti Gunung Jaboi dan Taman Hutan Kilometer Nol, Sabang menyuguhkan trek visual yang sangat memikat.

Kota tua Sabang tidak hanya menyimpan nilai sejarah, tetapi juga menjadi ruang edukatif bagi generasi muda dan wisatawan untuk memahami perjalanan panjang Kota Sabang,” ujar Penjabat Wali Kota Sabang, Andri Nourman.

Kota Tua: Napak Tilas Sejarah di Tengah Nuansa Kolonial

Jantung Kota Sabang menyimpan kawasan kota tua yang masih berdiri kokoh dengan bangunan-bangunan berarsitektur kolonial. Di sinilah langkah pertama wisata trekking bisa dimulai. Jalanan yang membelah kota ini membawa wisatawan pada berbagai bangunan peninggalan era Belanda dan Jepang dari gedung eks Kantor Pos dan Telegraf, dermaga tua, hingga benteng Jepang di atas bukit Kota Atas.

Bagi pencinta sejarah, kawasan ini adalah surga. Bangunan tua yang menyimpan kisah masa silam kini menjadi magnet wisatawan, terutama mereka yang menyukai wisata edukatif. Pemandangan arsitektur kolonial yang kian tua namun tetap berdiri tegak seakan berbicara tentang perjalanan panjang Sabang dari masa ke masa.

Pemerintah Kota Sabang sendiri tidak tinggal diam. Saat ini, mereka tengah menggagas program revitalisasi kawasan kota tua sebagai destinasi wisata sejarah berbasis pelestarian budaya.

Bangunan peninggalan Belanda masih berdiri kokoh di taman kota

Gedung-gedung tua yang sempat terbengkalai direncanakan akan difungsikan ulang sebagai galeri sejarah, pusat informasi wisata, bahkan ruang kreatif bagi masyarakat lokal.

Kami ingin kota tua ini hidup kembali tanpa kehilangan jiwanya. Ini bukan sekadar pelestarian fisik bangunan, tapi juga membangkitkan identitas lokal,” kata Andri.

Pendekatan revitalisasi ini tidak berhenti pada arsitektur. Pemko Sabang menggandeng komunitas sejarah, pegiat budaya, hingga penulis lokal untuk menggali narasi-narasi dari masa lalu. Cerita-cerita yang selama ini tersimpan dalam ingatan warga dituangkan kembali dalam bentuk pertunjukan, tulisan, maupun instalasi seni yang memperkaya pengalaman wisatawan.

Bagi para pejalan kaki, melintasi kawasan ini memberikan sensasi tersendiri. Suasana masa lalu begitu terasa. Setiap jengkal trotoar, setiap rumah tua, dan setiap percakapan dengan warga menjadi bagian dari sebuah perjalanan yang utuh. Ini bukan perjalanan tergesa dalam kendaraan, tapi eksplorasi menyeluruh yang menyentuh sisi emosional.

Tour de Sabang: Wisata aktif memanjakan mata

Upaya memperkenalkan wisata aktif di Sabang juga didukung berbagai event. Salah satunya Tour de Sabang, ajang balap sepeda yang menjadi bagian dari rangkaian Sabang Marine Festival 2024 (SMF24).

Pelepasan peserta Tour de Sabang

Sebanyak 125 peserta dari berbagai daerah di Indonesia ambil bagian. Mereka datang dari Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, hingga Sulawesi Selatan, dan berpacu menaklukkan lintasan sepanjang 31,9 km yang dirancang untuk menyuguhkan lanskap terbaik Sabang.

Start dimulai dari pusat kota, lalu melewati jalanan yang membelah hutan, pesisir, dan bukit, hingga mencapai Tugu Nol Kilometer Indonesia, titik paling barat dari seluruh wilayah Nusantara. Jalur ini bukan hanya menantang dari sisi fisik, tapi juga memanjakan mata. Birunya laut, hijaunya pepohonan, dan segarnya udara jadi bonus bagi para peserta.

Di lokasi finis, para pemenang menerima hadiah secara simbolis. Namun lebih dari itu, semua peserta sepakat: pengalaman ini luar biasa.

“Track-nya menantang tapi indah. Kami melewati hutan, tanjakan, dan pemandangan laut yang luar biasa. Rasanya semua lelah terbayar,” ungkap salah satu peserta asal Bandung.

Taman Hutan Kilometer Nol: Surga Trekking di Ujung Barat

Tak jauh dari tugu ikonik itu, berdirilah Taman Hutan Kilometer Nol yang kini mulai menjadi favorit baru para wisatawan. Taman ini adalah perpaduan antara hutan lindung, taman santai, dan spot panorama laut yang menakjubkan.

Taman Hutan Tropis di Kilometer Nol Indonesia

Terdapat bangku-bangku santai di antara pepohonan, jembatan kayu kecil yang mengarah ke laut, serta titik-titik foto yang Instagramable. Pada pagi hari, matahari terbit dari ufuk timur membias di permukaan laut. Sementara sore hari, panorama senja menjadi tontonan wajib bagi para pengunjung.

Tempat ini sangat cocok untuk relaksasi, refleksi, dan tentu saja, fotografi. Banyak wisatawan yang datang hanya untuk menikmati ketenangan di lokasi itu,” ungkap Andri Nourman.

Jalur trekking ringan juga tersedia di sekitar taman. Cocok untuk keluarga, pasangan muda, maupun pelancong solo yang ingin menyepi sejenak dari keramaian kota.

Petualangan belum selesai jika belum menginjakkan kaki di Desa Jaboi, kawasan yang dikenal dengan Gunung Jaboi, gunung berapi aktif yang jadi ikon geowisata Sabang.

Trekking ke kawasan Gunung Jaboi memberi pengalaman berbeda. Wisatawan akan menemui kawah-kawah kecil yang mengepulkan uap panas bumi, jalur berbatu vulkanik, dan vegetasi unik yang tumbuh di tanah sulfurik.

Trek menuju kawah cukup bersahabat bagi semua usia. Bagi yang ingin tantangan, bisa lanjut ke jalur-jalur lebih menantang. Namun ada juga pilihan permainan ATV yang disediakan warga lokal, menambah variasi wisata petualangan.

Permainan ATV di kawasan Gunung Api Jaboi Sabang

Gunung Jaboi saat ini tidak dalam status berbahaya. Pengunjung tetap diperbolehkan datang, namun kami sarankan agar tetap berhati-hati,” kata Andri Nourman menegaskan.

Keunikan geologis kawasan ini membuatnya ideal sebagai tujuan wisata edukatif, terutama untuk pelajar dan keluarga yang ingin mengenalkan anak-anak pada fenomena vulkanik.

Desa Jaboi tak hanya menawarkan geowisata. Warganya aktif mengembangkan ekonomi kreatif. Kue bakpia khas Jaboi, kerajinan tangan dari rotan, dan suvenir dari batok kelapa menjadi produk unggulan yang banyak diburu wisatawan.

Komunitas Karang Taruna di desa ini memegang peran penting. Mereka tak hanya memproduksi barang, tapi juga membuka pelatihan bagi generasi muda, mulai dari pengemasan hingga pemasaran digital.

Kolaborasi antara wisata dan UMKM lokal ini menjadi kekuatan baru Sabang dalam menyambut wisatawan, terutama mereka yang mencari pengalaman autentik dan produk lokal berkualitas.

Satu hal yang tak bisa dipisahkan dari aktivitas trekking adalah interaksi dengan warga lokal. Dari sapaan ringan di pinggir jalan, obrolan di warung kopi, hingga kisah-kisah masa lalu yang diceritakan langsung oleh para tetua desa, semuanya memperkaya perjalanan.

Santai sore di Ujung Asam menikmati Sunset ditemani Kopi dan cemilan ringan

Di Sabang, hal ini menjadi kekuatan. Kota ini tidak hanya menawarkan pemandangan, tapi juga perasaan diterima. Wisatawan tak merasa seperti orang asing, tapi tamu yang disambut hangat.

Setiap langkah di jalanan kota tua, setiap hentakan kaki di jalur gunung, hingga setiap cangkir kopi yang diseruput di kedai sederhana membuka ruang untuk mengenal Sabang lebih dalam bukan hanya sebagai destinasi, tetapi sebagai rumah dengan sejuta cerita.

Pemerintah Kota Sabang menyadari potensi besar ini. Karena itu, wisata berbasis trekking dan eksplorasi sejarah kini masuk dalam rencana strategis pengembangan pariwisata jangka menengah.

Kami ingin menghadirkan pengalaman wisata yang lebih mendalam, bukan hanya instan. Karena Sabang bukan hanya untuk dilihat, tapi untuk dipahami,” tutup Andri Nourman.

Dengan komitmen ini, wisata trekking di Sabang bukan lagi sekadar aktivitas fisik, melainkan perjalanan menyelami sejarah, budaya, dan alam dalam satu rangkaian langkah.

Sabang mengajak siapa pun yang datang untuk tidak hanya melihat, tapi merasakan. Tidak hanya mengabadikan, tapi memahami. Karena di setiap jalan setapak dan sudut kotanya, tersimpan kisah yang menunggu untuk ditemukan.[ADV]

Komentar0

Type above and press Enter to search.