Pj Wali Kota Sabang saling berjabat tangan usai melaksanakan salat Idul Fitri di Masjid Agung Babussalam Sabang
GEMURUH takbir dan haru biru suasana lebaran kembali hadir. Setelah sebulan penuh umat Islam menjalankan ibadah puasa Ramadan, hari raya Idul Fitri 1446 Hijriah tiba sebagai penanda kemenangan.
Namun di balik meriahnya hari raya, ada makna yang jauh lebih dalam dari sekadar tradisi dan perayaan. Ketua DPRK Sabang, Magdalaina, mengingatkan masyarakat agar tidak melupakan substansi utama dari Idul Fitri.
“Idul Fitri bukan semata tentang baju baru, makanan enak, atau kumpul keluarga. Lebih dari itu, ini adalah momen spiritual untuk melihat kembali diri kita, sejauh mana Ramadan telah mengubah kita menjadi pribadi yang lebih baik,” ujarnya.
Menurut Magdalaina, Idul Fitri adalah waktu yang tepat untuk merenung, bersyukur, dan membangun kembali hubungan—bukan hanya antar sesama manusia, tetapi juga hubungan dengan Allah SWT.
Ramadan telah menjadi semacam madrasah yang melatih kesabaran, kejujuran, dan pengendalian diri. Maka Idul Fitri adalah kelulusan dari proses itu, dan waktunya membawa pelajaran itu ke kehidupan sehari-hari.
Ia menegaskan bahwa kemenangan di hari raya
bukanlah kemenangan yang bersifat fisik atau material. Kemenangan sejati adalah
kemenangan spiritual. Jamaah Perempuan saat mendengarkan ceramah usai salat Ied Fitri 2025 di Masjid Agung Babussalam Sabang
Yakni ketika seorang Muslim mampu mengalahkan hawa nafsunya, menjaga lisannya dari keburukan, serta memurnikan hati dari sifat-sifat yang merusak. Inilah makna Idul Fitri yang sesungguhnya: kembali kepada kesucian jiwa, bukan hanya kebersihan pakaian.
Magdalaina juga menyoroti pentingnya takbir yang dikumandangkan dari malam terakhir Ramadan hingga pagi 1 Syawal. Menurutnya, takbir bukan sekadar tradisi melantunkan kalimat-kalimat agung, tapi harus dipahami sebagai bentuk syukur mendalam atas nikmat iman, kesehatan, dan kesempatan menjalani Ramadan hingga selesai.
Ia mengajak masyarakat untuk menghidupkan malam lebaran bukan dengan pesta pora, melainkan dengan memperbanyak takbir, tasbih, tahmid, dan tahlil yang khusyuk.
Takbir bisa dilakukan di rumah, di masjid, di jalan, bahkan di perjalanan pulang kampung. Baik secara individu maupun berjamaah. Kesunahan ini menunjukkan bahwa setiap detik menuju Idul Fitri adalah momen ibadah. Kesempatan mengingat Allah SWT dalam setiap suasana. Dengan memahami itu, gema takbir bukan hanya lantunan vokal, tetapi gema hati yang berserah dan bersyukur.
Di tengah kemeriahan, Magdalaina mengajak masyarakat untuk menjaga salah satu tradisi paling indah dalam budaya Islam: silaturahmi. Baginya, silaturahmi bukanlah sekadar kunjungan rutin di hari raya, tetapi cermin dari kemuliaan akhlak Islam.
Rasulullah SAW sendiri,
katanya, rutin mengunjungi para sahabat di hari raya dan menerima mereka di
rumahnya. Saling memaafkan, saling mendoakan, dan mempererat hubungan
kekeluargaan menjadi wujud nyata dari ukhuwah Islamiyah.Masyarakat Sabang yang mudik saat lebarang
Ia juga mengajak masyarakat agar menjaga silaturahmi bukan hanya dengan keluarga dekat, tetapi juga dengan tetangga, teman lama, dan bahkan mereka yang berbeda pandangan. Menurutnya, Idul Fitri adalah saat yang tepat untuk meleburkan perbedaan, menghapus dendam, dan menumbuhkan kembali rasa persaudaraan.
“Kalau selama ini ada salah paham, ada rasa sakit hati, mari kita lepaskan semuanya. Idul Fitri adalah waktu terbaik untuk saling memaafkan dengan tulus. Bukan hanya di bibir, tapi juga di hati,” katanya.
Magdalaina menambahkan bahwa semangat silaturahmi juga harus dibawa ke ranah sosial yang lebih luas. Termasuk dalam kehidupan berbangsa dan berpolitik. Ia mengapresiasi setinggi-tingginya kepada masyarakat Sabang yang telah menunjukkan kedewasaan dan kematangan dalam menyikapi pelaksanaan Pemilu 2024, termasuk Pemungutan Suara Ulang (PSU) yang berjalan tertib dan aman.
Menurutnya, keberhasilan pemilu bukan hanya keberhasilan teknis, tapi juga keberhasilan moral masyarakat. Walaupun berbeda pilihan politik, masyarakat Sabang mampu menjaga suasana kondusif dan tetap menjunjung tinggi silaturahmi. Ini adalah contoh nyata dari Islam yang rahmatan lil ‘alamin, dan seharusnya bisa terus dijaga untuk tahun-tahun berikutnya.
“Idul Fitri seharusnya menjadi awal baru
untuk semua pihak. Mari kita tinggalkan perpecahan, kubu-kubuan, dan ketegangan
yang terjadi selama masa kampanye. Kini saatnya bersatu, bekerja sama untuk
membangun Sabang yang lebih baik,” ujar Magdalaina.Jamaah salat Idul Fitri padati area perkarangan Masjid
Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat, dari tokoh agama, pemuda, hingga elemen pemerintahan untuk menjadikan semangat Idul Fitri sebagai modal sosial dalam memperkuat pembangunan. Ia percaya bahwa nilai-nilai Ramadan seperti kesabaran, keikhlasan, dan empati sosial sangat relevan untuk membangun daerah yang sejahtera, inklusif, dan berdaya saing.
Sebagai refleksi, Magdalaina mengingatkan agar semangat ibadah tidak berhenti di akhir Ramadan. Justru, kata dia, ujian sesungguhnya baru dimulai setelah bulan suci berakhir. Ujian itu adalah bagaimana mempertahankan semangat beribadah, semangat berbagi, dan semangat kebaikan dalam keseharian di luar Ramadan.
Ia menyayangkan jika setelah Ramadan selesai, kebiasaan baik seperti salat berjamaah, membaca Al-Qur’an, atau bersedekah justru ikut berhenti. Padahal, nilai-nilai itu seharusnya menjadi gaya hidup seorang Muslim. Idul Fitri bukan akhir dari ibadah, melainkan awal baru untuk terus memperbaiki diri.
Magdalaina juga menyampaikan pentingnya menjaga kebersihan hati. Menurutnya, baju baru tidak akan bermakna jika hati masih dipenuhi rasa iri, dengki, dan kebencian. Justru di momen Idul Fitri inilah semua beban batin harus dilepaskan, dan diganti dengan perasaan ikhlas serta kasih sayang antar sesama.
Forkopimda Sabang lepas pawai takbir di area Sabang Fair
Ia mengajak masyarakat untuk menjadikan hari kemenangan ini sebagai tonggak perubahan pribadi. Menjadi pribadi yang lebih tenang, lebih sabar, lebih bersyukur, dan lebih peduli terhadap sesama. Tidak perlu perubahan besar, cukup dimulai dari hal-hal kecil dalam lingkungan sekitar: membantu tetangga, menyapa sesama, tidak mudah marah, dan menjaga kebersihan lingkungan.
Sebagai wakil rakyat, Magdalaina menyampaikan komitmennya untuk terus menjadi jembatan antara aspirasi masyarakat dan pemerintah. Ia berjanji akan terus memperjuangkan program-program yang mendukung kesejahteraan masyarakat Sabang, baik di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, maupun infrastruktur. Namun menurutnya, keberhasilan pembangunan tidak bisa dicapai tanpa peran aktif masyarakat.
“Semangat membangun tidak bisa datang hanya dari atas. Harus ada semangat kolektif dari masyarakat. Dan Idul Fitri adalah waktu yang tepat untuk menyatukan semangat itu,” tegasnya.
Di akhir pesannya, Magdalaina mengucapkan selamat hari raya kepada seluruh masyarakat Kota Sabang. Ia berharap momen suci ini menjadi titik balik bagi semua untuk hidup lebih damai, lebih bersih secara batin, dan lebih produktif secara sosial.
“Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah.
Mohon maaf lahir dan batin. Mari kita sambut masa depan dengan hati yang
bersih, tekad yang kuat, dan niat yang tulus untuk menjadikan Sabang kota yang
penuh berkah dan kemajuan,” tutupnya.[ADV]
Komentar0