![]() |
Kebakaran Ilalalng di Kawasan Tek-Tok Gampong Kuta Timu |
HUTAN Tropis disetiap sisi jalan dan panorama indah di sepanjang bibir pantai memanjakan wisatawan saat mengelilingi Pulau Weh. Namun, di balik keindahan itu, tersimpan potensi ancaman yang tidak bisa diabaikan.
Angin kencang, pohon tumbang, tanah longsor, kebakaran hutan, hingga gelombang tinggi yang berbahaya bagi nelayan dan wisatawan laut, adalah risiko yang senantiasa mengintai.
Sebagai daerah kepulauan dengan topografi berbukit dan hutan tropis yang lebat, Sabang menghadapi tantangan khusus dalam penanggulangan bencana.
Infrastruktur pariwisata, jalur transportasi serta pemukiman warga kerap bersinggungan langsung dengan titik-titik rawan bencana.
Ketika musim barat datang dan hujan deras mengguyur berhari-hari, maka jalan-jalan menuju objek wisata bisa terputus oleh longsor atau pohon tumbang.
Begitu pula saat musim kemarau panjang, kebakaran hutan pasti akan mengancam kawasan lindung.
Sementara di laut, gelombang tinggi kerap memaksa kapal penyeberangan maupun nelayan untuk menunda pelayaran.
Situasi ini membuktikan bahwa Sabang tidak hanya indah, tetapi juga rentan terhadap risiko bencana ataupun musibah.
Di sinilah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sabang sangat berperan penting dalam mengambil peran vital. Lembaga ini bukan sekadar tim penyelamat yang turun ketika darurat, tetapi juga penggerak edukasi dan pencegahan bencana sejak dini.
![]() |
Kalak BPBD Sabang bersama sejumlah pejabat lainnya tinjau lokasi pohon tumbang yang menimpa bangunan di depan masjid Agung Babusalam Kota Sabang |
Plt. Kepala BPBD Kota Sabang, Harry Susethia, ST., MT., menegaskan, setiap program lembaga yang dipimpinnya mengacu pada misi besar tersebut.
“Kapasitas dan sinergi adalah kunci sebagai jaminan keselamatan warga Kota Sabang. Kami terus memperkuat personel, perangkat, dan jaringan relawan, agar seluruh skenario tanggap bencana bisa dihadapi lebih cepat dan terkoordinasi,” ujarnya.
Harry juga menekankan bahwa keberhasilan penanggulangan bencana tidak mungkin hanya bertumpu pada pemerintah.
Seluruh elemen masyarakat, mulai dari gampong, komunitas, hingga pelaku wisata, harus dilibatkan.
“Dengan bersama-sama menjaga wilayah ini, kita tidak hanya melindungi keindahan Sabang, tetapi juga keselamatan satu sama lain,” tambahnya.
Sebagai lembaga teknis, BPBD Kota Sabang menjalankan tiga pilar utama dalam tugas pokok dan fungsinya. Pilar ini menjadi fondasi setiap kegiatan dan program yang dijalankan:
1. Mitigasi & Kesiapsiagaan
Upaya ini mencakup perencanaan kebijakan, analisis risiko bencana, hingga pemberdayaan warga agar lebih tanggap sebelum bencana datang. BPBD Sabang secara rutin menggelar pelatihan kesiapsiagaan, simulasi evakuasi, dan sosialisasi di sekolah maupun gampong.
Selain itu, pemasangan rambu peringatan di titik-titik rawan longsor maupun daerah pesisir juga menjadi bagian penting dari mitigasi. Dengan langkah preventif seperti ini, risiko korban dan kerugian dapat ditekan sekecil mungkin.
![]() |
Kepala PUPR Bersama sejumlah pejabat tinjau lokasi pohon tumbang yang menimpa bangunan di depan masjid Babusalam Kota Sabang |
Ketika bencana benar-benar terjadi, BPBD menjadi garda terdepan. Mereka memimpin evakuasi, penyelamatan, pemenuhan kebutuhan dasar, hingga pemulihan akses vital. Respons cepat ini sangat menentukan, mengingat kondisi geografis Pulau Weh yang unik medan berbukit, akses jalan terbatas, dan kondisi cuaca yang bisa berubah drastis.
Dalam beberapa kejadian, seperti pohon tumbang yang menutup akses menuju Kilometer Nol Indonesia atau gelombang tinggi yang mengancam wisata bahari, peran BPBD sangat menonjol. Kecepatan mobilisasi personel dan koordinasi dengan TNI, Polri, serta relawan, menjadi faktor kunci dalam mengurangi dampak bencana.
3. Rehabilitasi & Rekonstruksi
Tahap ini dilakukan setelah bencana mereda. BPBD Sabang memastikan infrastruktur kembali berfungsi, kehidupan sosial-ekonomi warga pulih, serta sistem kesiapsiagaan diperkuat. Upaya rehabilitasi tidak hanya menyangkut fisik, tetapi juga psikologis, terutama bagi masyarakat yang terdampak langsung.
“Ketika situasi darurat, seluruh personel bisa langsung dikerahkan. Fleksibilitas dan kecepatan menjadi keunggulan BPBD Sabang,” jelas Harry.
Selain itu, BPBD juga didukung oleh armada dan peralatan pendukung, mulai dari kendaraan operasional, alat pemadam, hingga peralatan evakuasi laut dan darat. Semua ini dimanfaatkan untuk menjamin keselamatan warga dan wisatawan.
Kiprah BPBD Sabang tidak berjalan sendiri. Lembaga ini selalu berkoordinasi dengan seluruh unsur keamanan dan pertahanan negara. Kolaborasi lintas sektor menjadi syarat mutlak dalam penanganan bencana.
![]() |
Tim gabungan dari BPBD dan Damkar serta masyarakat sekitar mengavakuasi pohon yang menimpa rumah warga |
Dalam setiap operasi evakuasi kebencanaan, BPBD Sabang menjalin kerjasama erat dengan TNI Angkatan Udara (TNI AU), TNI Angkatan Laut (TNI AL), TNI Angkatan Darat (TNI AD), serta POLRI yang mendukung pengamanan, tenaga evakuasi, hingga rekonstruksi pascabencana.
Selain aparat TNI-Polri, BPBD Sabang juga bersinergi dengan berbagai dinas terkait seperti Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan, serta Dinas Lingkungan Hidup, dan juga Basarnas. Seluruh elemen ini berkolaborasi untuk mempercepat proses penanganan bencana, mulai dari tahap evakuasi, pertolongan pertama, pemulihan kesehatan, hingga rehabilitasi lingkungan.
“Kami sangat terbantu dengan dukungan penuh TNI, Polri, dan seluruh dinas terkait. Tanpa kolaborasi ini, penanganan bencana tentu tidak akan secepat dan seefektif sekarang,” ungkap Harry.
Kesiapsiagaan bencana tidak akan maksimal tanpa keterlibatan masyarakat. Oleh karena itu, BPBD Sabang terus menggencarkan edukasi publik. Program penyuluhan di sekolah-sekolah, pelatihan simulasi evakuasi di gampong, serta sosialisasi mitigasi bagi pelaku wisata, menjadi agenda rutin.
BPBD juga aktif membentuk dan membina relawan tangguh bencana di tingkat gampong. Mereka berfungsi sebagai perpanjangan tangan dalam memberikan informasi cepat, sekaligus menjadi garda awal saat bencana terjadi.
“Kami ingin masyarakat menjadi subjek, bukan sekadar objek. Dengan melibatkan warga, penanggulangan bencana bisa lebih efektif dan berkelanjutan,” tegas Harry.
“Kami percaya bahwa bencana adalah urusan bersama. Jika seluruh elemen bergerak bersama, Sabang tidak hanya akan indah untuk hari ini, tetapi juga aman dan tangguh untuk generasi mendatang.” Tutup Plt. Kepala BPBD Kota Sabang, Harry Susethia.
(Advertorial)
Komentar0