![]() |
Sesi foto bersama penerima penghargaan ASEAN Tourism Standard Award 2025 dari Indonesia dengan Menteri Pariwisata RI Widiyanti Putri Wardhana |
TAHUN ini, desa yang terkenal dengan pesona
lautnya ini berhasil menyabet ASEAN Tourism Standard Award 2025 dalam kategori
The 3rd ASEAN Public Toilet Award 2025–2027. Sebuah pencapaian yang bukan hanya
membanggakan, tapi juga menginspirasi.
Siapa sangka toilet umum bisa menjadi kunci
sukses sebuah destinasi wisata meraih penghargaan internasional? Ya, itulah
yang terjadi di Desa Wisata Iboih, salah satu permata wisata di Kota Sabang,
Aceh.
Penghargaan ini diumumkan pada ajang ASEAN
Tourism Forum (ATF) 2025 yang berlangsung di Johor Bahru, Malaysia, dan
diterima langsung oleh Tarmizi, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gampong
Iboih. Desa ini dinilai mampu menghadirkan toilet umum yang memenuhi standar
ASEAN—bersih, aman, nyaman, inklusif, dan ramah lingkungan.
Namun lebih dari sekadar soal toilet,
penghargaan ini menjadi simbol keberhasilan Desa Iboih dalam mengelola
pariwisata berbasis komunitas secara berkelanjutan. Wisata yang tidak hanya
memanjakan mata, tetapi juga merawat alam dan memberdayakan masyarakat.
Pariwisata yang Berangkat dari Kesadaran Komunitas
Terletak di ujung barat Indonesia, Desa
Iboih bukanlah nama baru di kalangan pecinta wisata bahari. Keindahan lautnya
yang memukau, airnya yang sebening kristal, serta keanekaragaman biota laut
menjadikan Iboih destinasi favorit untuk snorkeling, diving, dan dolphin
watching. Tapi di balik daya tarik itu, tersembunyi kerja keras dari masyarakat
yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dan meningkatkan kualitas
pelayanan wisata.
Sejak beberapa tahun terakhir, warga Iboih
mulai aktif membangun desa mereka menjadi destinasi berbasis komunitas
(community-based tourism). Artinya, masyarakat bukan hanya penerima manfaat,
tapi juga pelaku utama dalam pengelolaan pariwisata. Mereka dilibatkan dalam
pengambilan keputusan, pelatihan, pengelolaan fasilitas, hingga edukasi wisata
berkelanjutan.
Pemerintah Kota Sabang melalui Dinas
Pariwisata turut hadir mendampingi proses ini. Program-program pendampingan,
pelatihan kebersihan, peningkatan kapasitas SDM, hingga pengelolaan limbah
dilakukan bersama-sama. Salah satu hasil nyatanya adalah keberadaan toilet
publik di kawasan wisata yang kini diakui ASEAN.
“Sering kali wisatawan menilai kualitas
suatu tempat dari fasilitas dasar seperti toilet,” ujar Tarmizi, Ketua
Pokdarwis Gampong Iboih. “Kalau toiletnya bersih, wangi, ada air, terang,
bahkan ramah disabilitas, maka wisatawan akan merasa nyaman dan ingin kembali.”
Kebersihan toilet memang hal mendasar, tapi
sering kali terabaikan. Iboih menjadikannya prioritas. Toilet umum di kawasan
wisata dilengkapi air bersih yang cukup, ventilasi memadai, pengelolaan limbah,
bahkan pemisahan antara toilet pria dan wanita. Semua dibangun dengan
pendekatan ramah lingkungan dan perawatan berkala.
Hasilnya, toilet yang awalnya dianggap
‘biasa’ kini menjadi simbol kualitas dan komitmen Desa Iboih dalam melayani
wisatawan. Tak heran jika ASEAN Tourism Standard Award akhirnya mendarat di
desa ini.
Indonesia sendiri tidak kekurangan desa
wisata berkualitas. Selain Desa Iboih, penghargaan serupa dalam kategori Public
Toilet Award juga diberikan kepada: Desa Wisata Hijau Bilebante, Lombok Tengah,
Nusa Tenggara Barat, Lihaga Beach Club, Sulawesi Utara, Kampung Wisata Pecinan
Glodok, Jakarta.
Keempat destinasi ini dinilai telah
memenuhi standar ASEAN dalam penyediaan fasilitas umum, termasuk toilet, yang
memperhatikan aspek kebersihan, kenyamanan, keamanan, dan ramah lingkungan.
Namun yang membuat Iboih menonjol adalah
keharmonisan antara potensi alam, budaya lokal, dan kesadaran masyarakat.
Inilah kombinasi yang menjadikan Iboih tak sekadar indah, tapi juga berkarakter
dan berkelanjutan.
Kolaborasi: Kunci Kesuksesan Iboih
Kawasan Pantai Teupin Layeu Iboih Sabang
Kesuksesan Desa Iboih tidak terjadi dalam
semalam. Ini adalah hasil dari kolaborasi panjang antara masyarakat, pemerintah
daerah, dinas pariwisata, dan mitra pendamping.
Pj Wali Kota Sabang, Andre Nourman,
menyampaikan bahwa penghargaan ini adalah hasil nyata dari sinergi semua pihak.
“Prinsipnya, Pemerintah Kota Sabang akan terus berupaya memperkuat
kesejahteraan masyarakat desa secara berkelanjutan serta mendorong perekonomian
desa melalui pengembangan potensi lokal,” ujarnya.
Menurut Andre, setiap desa atau gampong di Sabang memiliki keunikan dan keunggulan masing-masing. Dengan pendampingan yang tepat dan pelibatan aktif masyarakat, desa-desa ini bisa menjadi pilar utama dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan di Sabang.
Salah satu kelebihan Iboih adalah
kemampuannya untuk menjaga alam sambil tetap mengembangkan destinasi wisata.
Misalnya, penggunaan material bangunan lokal dan daur ulang limbah, pembatasan
jumlah wisatawan di area konservasi laut, serta pelatihan bagi pelaku wisata
dalam etika melayani turis.
Reasort di kawasan wisata Iboih berhadapan langsung dengan laut
Pokdarwis Gampong Iboih juga rutin
mengadakan kegiatan gotong royong, penyuluhan sadar wisata, serta edukasi
lingkungan kepada anak-anak. Hal ini bertujuan agar nilai-nilai pelestarian
tetap terjaga lintas generasi.
“Wisata itu bukan hanya urusan hari ini.
Ini tentang warisan untuk anak cucu kita,” kata Tarmizi.
Bagi masyarakat Iboih, penghargaan ASEAN
bukan tujuan akhir, melainkan motivasi untuk terus memperbaiki. Mereka sadar
bahwa persaingan antar destinasi semakin ketat. Wisatawan kini bukan hanya
mencari pemandangan indah, tapi juga pengalaman otentik, layanan berkualitas,
dan tanggung jawab sosial.
Melalui penghargaan ini, Desa Iboih
berharap bisa menjadi contoh inspiratif bagi desa-desa wisata lainnya, baik di
Aceh maupun seluruh Indonesia. Dengan semangat gotong royong, kolaborasi, dan
komitmen menjaga alam, semua desa bisa tumbuh menjadi destinasi unggulan.
Kalau kamu butuh alasan untuk memasukkan
Iboih ke dalam bucket list liburan, berikut beberapa hal yang bisa kamu nikmati
di sana:
1. 1. Snorkeling & Diving di
perairan Pulau Rubiah yang kaya terumbu karang
2. 2. Trekking santai di hutan
lindung dengan pemandangan laut yang epik
3. 3. Sunset hunting dari dermaga
Iboih atau dari bukit kecil di sekitar desa
4. 4. Wisata kuliner lokal khas Aceh seperti mi
sabang, rujak Aceh, dan kopi robusta lokal
5. 5. Dan tentu saja, toilet umum
berstandar ASEAN yang bikin kamu betah berlama-lama!
Kamu juga bisa ngobrol langsung dengan
warga lokal, ikut pelatihan menyelam, atau sekadar menikmati suasana damai di
desa yang jauh dari hiruk pikuk kota.
Pulau Rubiah, berada tepat di depan pantai Iboih, wisatawan biasanya akan ke pulau ini saat tiba di Sabang
Prestasi yang Menginspirasi
Desa Wisata Iboih telah membuktikan bahwa
kemajuan pariwisata tidak selalu harus dimulai dari hal besar. Kadang, dimulai
dari toilet bersih, gotong royong warga, dan kesadaran menjaga alam—itu semua
sudah cukup menjadi pondasi untuk menciptakan destinasi yang dicintai wisatawan
dan dihormati dunia.
Buat kamu para traveler, next time saat
mencari tempat liburan, ingatlah: keindahan bisa ditemukan di tempat yang tak
terduga. Seperti di toilet umum Desa Iboih yang kini jadi simbol prestasi dan
kebanggaan.[ADV]
Komentar0